3Er Creative Creations

Saturday, February 19, 2011

Petualangan Bersama

Hari ini sepulang sekolah aku dan teman-temanku pergi ke sawah belakang rumahku. Untuk mensurvei lokasi penyuntingan untuk pembuatan film tugas Bahasa Indonesia. Kami mengambil cerita Bawang Merah dan Bawang Putih sebagai cerita rakyat yang akan kami buat untuk film.

Dari sekolah kami berangkat menggunakan angkot ABG. Kami berlima berjalan menuju ke rumahku dengan gembira. Sesampai di rumah, aku mengganti sepatuku dengan sandal jepit. Aku pun meminjamkan sandal jepitku kepada teman-temanku. Sedangkan temanku yang satu ini, dia tidak menggunakan alas apapun alias nyeker. Dia sudah terbiasa tanpa alas kaki di daerahnya yaitu Kupang.

Kami pun berangkat ke sawah. Sesampainya di sana, hal yang sama sekali tidak diharapkan terjadi. Apa itu? Ternyata jalan menuju sawah itu ditutup.  Dibuat tembok yang tinggi sekali. Eh nggak terlalu tinggi tapi cukup tinggi, sehingga susah untuk dipanjat. Kami pun bingung mau gimana. Akhirnya aku nekat. Aku manjat tembok itu dengan gampangnya. Mengingat masa kecilku yang sukanya manjat-manjat dan naik pohon. Jadi tembok itu bukan menjadi sesuatu yang sulit bagiku.

Aku dan temanku yang cowok sudah berhasil masuk ke dalam sawah. Nah ini dia yang cukup susah. Tembok itu sepertinya begiru tinggi buat kedua teman permpuanku. Jadi temanku yang berasal dari Kupang kembali ke tempat sebelumnya dan merelakan dirinya untuk dinaiki tubuhnya, supaya teman-teman cewekku dapat melewati tembok penghalang itu. Di situ aku dan teman cowokku yang satunya membantu mereka untuk turun dari tembok. Tak mengira kedatangan kami ke sawah itu disambut dengan manjat-manjat tembok. Tapi rasanya senang banget dapat membantu temanku melewati rintangan tembok. Di sini aku merasa petualangan kami dimulai.

Setelah melewati rintangan tembok, kami pun mulai menyusuri jalan setapak. Eh tiba-tiba adikku nongol dari tembok. Aku pun mengajaknya untuk ikut kami. Setelah kami kembali ke tembok untuk menjemput adikku, eh ternyata adikku sudah menghilang entah ke mana!

"Elmo...., Elmo.....!!!! Kamu di mana?!!!" Kami berteriak-teriak mencari dia. Tetapi dia sudah menghilang duluan. Huh, anak itu didatangi malah pergi. Ya sudah, kami pum kembali untuk menyusuri jalan setapak menuju tempat sungai berada.

Sepertinya keadaan sawah yang sekarang sudah berubah dari 2 tahun yang lalu. Sekarang lebih banyak tanah lapang dari pada sawah dan ladang sayurannya. Jadi itu memudahkan kami untuk segera menuju tempat tujuan. Saat kami melewati ladang pohon singkong, kami menemukan batang yang sudah dicaput dan dipotong. Dan panjangnya pas buat dibawa sebagai tongkat pembantu untuk menghindari terpeleset saat berjalan di pinggir sawah.

Tiba-tiba aku mendengar suara Elmo-adikku berteriak-teriak memanggil namaku. Begitu kagetnya aku melihat dia muncul di belakang. Bagaimana dia sampai ke sini? Apa dia bisa memanjat tembok yang begitu tinggi untuk usianya? Aku pun datang menghampirinya, lalu menanyakan lewat jalam mana dia sampai ke sini. Dia berkata kalau dia memanjat tembok yang tinggi tadi. Aku merasa sangat terkejut dan heran. Karena dia bisa melewatinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Hebat sekali bukan?! Aku bangga sekali sama dia.

Selagi kami menuju tempat kali, adikku dari belakang menyusul. Kami pun terus berjalan dengan semangat di bawah matahari yang terik. Aku sangat-sangat merasa senang. Karena aku merasa selama ini tidak ada anak SMA yang suka berpetualang ke sawah seperti aku, melainkan mereka pergi ke mal-mal, menonton film di bioskop, makan di restoran yang mahal dan berbelanja-belanja. Bukannya menikmati keindahan alam dan bermain dengan alam. Tetapi di sini aku menemukan teman-teman yang mempunyai kesenangan yang sama dengan aku, yang tidak banyak mengeluh dan terus berusaha dengan serius menyelesaikan tugas. Sungguh aku merasa punya teman yang sepemikiran denganku.

Sesampainya di kali kami menentukan posisi pengambilan kamera dan adegan yang akan dilakukan di tempat tersebut. Kami pun berdiskusi dengan serius, posisi mana dan adegan seperti apa yang akan kami tampilkan di film kami nanti. Menyusuri jalur kali, lalu kami berjalan-jalan lebih dalam sampai menuju perkampungan. Di situ kami menemukan sebuah rumah sederhana namun rindang yang sangat cocok untuk tempat syuting. Kami pun mencoba meminta ijin apakah boleh meminjam halaman rumah untuk adegan kedatangan Bawang Putih ke rumah seorang kakek. Tetapi sepertinya pemilik rumah tidak senang dan merasa direpotkan dengan hal tersebut. Sehingga kami pun kembali dengan sedih. Jadi kami tentukan lokasinya di rumahku.

Selagi itu, adikku dengan serunya berpetualangan di dunianya sendiri. Tetapi tetap dalam pantauanku. Supaya tidak hilang. Lalu kami pun kembali ke bagian sawah yang dekat dengan perkampungan tadi. Di situ adikku menemukan seekor kelinci. Dia memanggilku untuk melihatnya. Tapi lucunya, setiap aku datang untuk melihat kelincinya pergi. Huh kok gitu sih? Sampai-sampai temanku bilang kalau kelinci itu tak suka dengan aku. Ya, tak apalah.


Kembali  adikku menyadari kehadiran kelinci tersebut. Tetapi kali ini dia memanggilku untuk melihat marmut bukannya kelinci. Ternyata hewan yang dikira kelinci sama Elmo bukanlah kelinci melainkan seekor tikus besar yang disebut marmut. Kali ini marmut itu tidak pergi dengan kedatanganku. Yes! Hewan itu sangat lucu dan mungil. Bulunya berwarna putih dengan corak coklat. Telinganya mungil. Marmut itu sangat lucu. Lalu aku memanggil teman-temanku untuk melihatnya juga. Setelah mengamati lama marmut tersebut, kami kembali untuk pulang ke rumahku karena tenggorokan ini rasanya kering!! Kami semua kehausan. Lalu kami cepat-cepat kembali.  Tapi kali ini dengan jalur yang berbeda. Kami menggunakan jalur yang lebih gampang dilalui dan saat inilah kami menemukan jalan keluarnya yang jauh lebih gampang daripada melewati dan memanjat tembok tinnggi tadi. Kami menemukan gundukan tanah yang tingginya sama dengan tembok yang menutupinya. Sehingga kami tidak perlu manjat-manjat lagi untuk sampai ke jalan menuju rumah. Tinggal jalan saja. Sedangkan di belakang adikku menyusul kami sambil berteriak-teriak girang melepas kepenatan yang telah menumpuk bulan-bulan ini.

Sesampai di rumah kami minum sprite sepuas-puasnya dan makan puding dan mie goreng. Di sini salah satu teman cewekku harus pulang karena dia sudah janjian untuk sampai di sekolah pukul tiga sore. Lalu aku pun mengantarnya pulang untuk naik ABG, sementara ketiga temanku menunggu di rumahku. Setelah dia sudah naik angkot, aku pun kembali berjalan ke rumah untuk membuat dialog dramanya.

Sampai di rumah, kami pun langsung menyusun kata-kata di laptop biruku. Lalu mencoba memilih siapa yang menjadi narator pengisi suara dalam film nanti. Aku pun mengambil mike untuk merekam suara aku dan teman-temanku. Lalu kami pun memilih teman cowokku untuk menjadi narator dalam ceritera kami.

Jam pun menunjukkan pukul lima sore. Saatnya teman-temanku pulang. Aku pun mengantar mereka sampai mereka naik ke angkot ABG dan aku pun kembali ke rumah. Hatiku rasanya senang sekali. Merasa mempunyai teman seperti di Jepang yang juga suka bergaul dengan alam.

Aku pun tak sabar untuk segera menggarap film Bawang Merah Bawang Putih Sabtu depan. Dan kembali melanjutkan petualangan yang sudah lama tertunda karena begitu banyaknya tugas dan ulangan dari sekolah. Sampai di sini ceritaku.

Erdiani

No comments:

Post a Comment